Tak
pernah ada titik temu yang pasti untuk dapat menyatukan satu titik tersebut
hingga menjadi satu titik yang seutuhnya.
Kapan
nyambungnya kalau tiap hari kerjaannya berantem, kapan dewasanya kalau ga bisa
memahami ego masing-masing? Sepertinya kalimat itu yang cocok untuk menjawab
kekeliruan ini.
Tentang
perbedaan, perbedaan itu indah dapat menambah pengetahuan baru, pengalaman
baru, pemikiran-pemikiran baru tapi apa gunanya bila semua itu tidak memiliki
tujuan yang pasti?
Tentang
pertemuan yang selalu mengahasilkan cerita….
Seseorang
yang jauh disana, dulu kita jauh sangat sangat jauh lalu karena disuatu tempat
kita ditemukan dan akhirnya bisa sedekat ini banyak hal yang dilakukan bersama,
melewatkan waktu yang tanpa terasa hari sudah larut. Hari demi hari dilalui
dengan canda dan tawa, hingga suatu hari kami bertengkar hebat yang membuatnya
memutuskan untuk pergi, “aku pasti pulang” ucapnya seperti itu, sejak saat itu
aku menunggunya untuk kembali. Dengan rasa harap-harap cemas aku menunggunya
untuk kembali.
Aku
menunggunya tanpa bosan, aku menunggunya tanpa lelah, menunggu ia datang dan
berkata “aku pulang”. Ya aku yakin dia pasti pulang, berada dirumahmu sendiri
jauh lebih menyenangkan bukan?
Seperti
layang-layang yang selalu ingin terbang tinggi…
Disaat
matahari terbit, sesuatu yang selalu aku pikirkan selalu terulang “kamu udah
bangun? Apa kamu udah solat? Kamu baik-baik saja kan?” hingga matahari terbenam
sesuatu kembali teringat perkataan yang seharusnya aku lontarkan “kamu sedang
apa? Kamu baik baik sajakan?” pikiran pikiran yang begitu yang selalu teringat,
dan membuat khawatir setiap harinya…
Kamu?
Aku
rindu setiap waktu kita bisa berbincang bersama menghabiskan waktu yang tanpa
terasa kita harus berhenti dan melanjutkan esok harinya. Kamu? Aku rindu dengan
kita yang selalu bersama, menghabiskan waktu bersama dengan tawa. Kamu? Disetiap
waktu yang kita habiskan bersama memudar dengan sendirinya, dari yang saling
menghubungi setiap waktu menjadi, saling menghubungi sehari sekali, yang lalu
berkurang menjadi seminggu sekali, yang berkurang kembali menjadi sebulan
sekali, dan semakin berkurang hingga berhubungan sesekali disaat kita “ingat”
saja.
Bahwa
yang pergi tidak selalu datang kembali, bahwa tidak semua cerita berakhiran
bahagia, waktunya mengikhlaskan lah yang berperan.
Terimakasih
selama 120 hari sejak pertama kali bertemu, canda dan tawa yang tiba tiba
membeludak, bahagia dan cemburu yang muncul secara bersamaan.
Yang
menguatkan aku disaat aku merasa kalah, meyakinkan aku disaat aku merasa salah,
yang menuntun di saat tak tahu arah melangkah, yang menguatkan aku agar menjadi
seseorang yang tidak mudahnya menyerah, semoga kamu baik-baik saja.~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar