Mendadak Rindu itu menyerang kembali....
Mungkin ini rindu yang seketika ia
akan membeludak kembali, mungkin ini sudah sejak lama aku rasakan tapi
sayangnya aku terlalu enggan untuk menyadarinya. Sedih yang mengiris hati,
saking sedihnya menangispun aku tak bisa.
**********
Mengapa orang-orang begitu mudah
menjatuhkan hatinya kepada orang yang baru yang bahkan ia telah berulang kali
mengalami sakit? Padahal berpindah dari satu orang ke orang berikutnya itu
tidak mudah, sama seperti halnya pindah dari satu rumah ke rumah berikutnya
yang belum tentu dapat membuatnya nyaman.
Rasanya menurutku jatuh hati itu
egois, kita hanya peduli tentang perasaan, dan kebahagiaan “kita” tanpa
memikirkan kepedihan sekelilingnya. Ah ya, ujarnya persetan dengan ucapan orang
yang begitu sibuk memikirkan kita. Hm mungkin begitu egoisnya kamu, aku, atau
kita?
Mengapa ini begitu pedih? Apakah
rindu itu menyenangkan? Sampai detik ini aku belum tahu apa yang seharusnya
dilakukan ketika seseorang sedang merindu? Ujar setiap orang yang aku kenal
merindu itu indah? Apakah aku yang salah untuk mengemas kata dari “rindu” itu? Atau
memang aku yang belum menemukan orang yang tepat untuk aku rindu? Ah sayang
sekali, namun sampai detik ini kamu masih menjadi seseorang yang aku rindu
sayang.
Ah ya, kemarin aku pergi ketempat yang biasa kita kunjungi, rasanya aneh gasama seperti dulu, hambar. Tapi aku rindu tempat ini, tempat dimana kita pernah beristirahat, dan untuk pertama kalinya lagi kita dapat bertegur sapa. Entah mengapa, beberapa hari ini aku sangat merindukanmu, rindu, sangat rindu.
Dari sekian detik yang aku lewati
ini banyak sejuta pertanyaan yang aku ingin utarakan padamu. Sayang sekali, kita
tidak pernah mempunyai waktu untuk saling bertegur sapa. Bahkan untuk melempar
senyumpun rasanya tak ada waktu.
Sayang sekali, rindu ini hanya bisa
berjalan sendiri untuk aku simpan rapat-rapat dan membiarkan terkubur dengan
sendiriya.
.
.
.
.
.
.
.
Salam rindu untukmu yang tak terjangkau oleh waktu, Sabtu 26 Desember 2015