Sabtu, 27 Februari 2016


Minggu 28 febuari 2016


Pagi ini mendung, hujan gerimis turun menyelimuti. Teringat masa masa kelam lalu aku sedang tersayat, ringkih diujung kamarku sambil menatap sekeliling kamarku. Sakit, sedih, perih, pilu, dan akhirnya aku bisa berdiri seperti sekarang ini, nyatanya benar kehilangan itu indah bila kita melihat dari sudut pandang yang berbeda, puluhan orang datang menghibur silih ganti, dan 6 orang memberi kehangatan. Sungguh masa-masa kelam itu indah, nyatanya benar dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Nyatanya benar, sesuatu yang mengecewakan pasti dapat memberiku pelajaran yang sangat bermakna. Nyatanya kuncinya cuman dua ikhlas dan damai. Teringat masa kelam ku yg terseok seok sungguh, nyatanya ketika seseorang pergi ada belasan maupun puluhan orang yang datang untuk menghibur memberi pelukan hangat.

Pagi ini aku memilih menumbuhkan rasa ini lagi, ya rupanya rasa ini kembali tumbuh tetapi bedanya rasa ini tumbuh pada orang yang bebeda. Sejujurnya kita baru kenal setahun yang lalu, tahun tahun yang kelam dan ia datang, manis, indah entah apa yang harusku ceritakan namun kali ini aku benar-benar merasakan hal ini untuk kedua kalinya. Entah apa yang harus aku khawatirkan, sejujurnya aku mengaguminya.

Pagi ini aku kembali berfikir mengenai rasa yang tumbuh ini apa benar rasa ini tumbuh pada orang yang tepat, atau lagi lagi rasa ini tumbuh pada orang yang salah, sebenarnya bukan orangnya yg salah sih tapi orangnya yang kurang tepat. Senang rasanya aku bisa tertawa lepas lagi, senang rasanya aku bisa berdiri lagi, senang rasanya tempat yang diisi olehnya kini digantikan oleh orang baru, namun yang aku takutkan aku takut jatuh lagi pada orang yang salah. Sejujurnya ketika ku didekatnya aku bisa bersikap seperti aku apa adanya, tanpa rekayasa, tanpa senyum palsu.

Teruntukmu, semoga rasa ini benar tumbuh tanpa rekayasa, semoga rasa ini tumbuh dengan murni,tulus berkembang mekar didalamnya, tetapi jika memang kamu bukan orang yang tepat untukku semoga kita diberikan jalan yang terterbaik.
.
.
.
.
.
Teruntukmu yang jauh disana aku merindukanmu, lagi, lagi, dan lagi.