Senin, 14 Maret 2016


Rindu…

Malam yang sunyi ini lagi lagi hujan turun bersama kenangan kenangan yang tlah lewat, ah sial lagi lagi rasa itu muncul. Ntah apa ntah kenapa rasa ini muncul dengan sangat tiba-tiba. Kali ini ntah untuk yang keberapa kalinya aku merindukanmu “lagi”.

Pertama kali berjumpa rasa-rasanya orang ini aneh, sangat aneh. Membuatku selalu bertanya tanya setiap waktu membuatku semakin penasaran. Diawali dengan becanda bareng dan ngobrol bareng yang akhirnya membuatku terkagum kagum, hal ini yang selalu aku rasakan setiap kali kita mempunyai kesempatan untuk ngobrol bareng.

Rindu semacam racun yang sangat mematikan bila obat penawarnya tidak ditemukan, dapat membuat sesak didada dan dapat membuat  hidup serasa hampa. Manis sungguh manis bila diingat ingat apa yang kita lakukan. Ntah hanya rasa kagum semata, ntah rasa suka, ntah apa namanya yang jelas aku merindukanmu lagi, lagi dan lagi.

Kemarin kamu sempat membuatku khawatir ketika aku mendengarmu yang katanya kurang sehat, huftt… jangan sakit sakit lagi, jangan buat orang disekitarnu khawatir lagi yah, rasanya aku ingin berada disampingmu lagi. Tapi sayang kamu juga mempunyai teman yang sama carenya melebihi aku yang selalu ada disampingmu dari dulu hingga sekarang.

Sejatinya jatuh cinta itu menyenangkan bila kita melihat dari sudut pandang yang berbeda, tapi yang aku takutkan cuman satu aku takut jatuh lagi pada orang yang salah, jatuh sendiri dan mencoba berdiri dengan rasa yang terseok seok itu menyakitkan rasanya.
.
.
.
Tapi ada satu kata-kata dari temanku esa penulis blog sebelah yang cukup membuatku sedikit tercengang mengenai apa itu artinya sakit karena jatuh cinta, katanya sesakit hati apapun kamu ketika jatuh cinta masih jauh lebih kecil dibanding rasa bahagianya kamu waktu kamu jatuh cinta. Karena sejatinya cinta itu memberi, semakin banyak kamu memberi semakin banyak kamu bahagia atas cinta yang kamu miliki sekarang.
.
.
.
.
.
Jauh terlihat dipelupuk mata yang sedang amat sangat merindukanmu…

Sabtu, 27 Februari 2016


Minggu 28 febuari 2016


Pagi ini mendung, hujan gerimis turun menyelimuti. Teringat masa masa kelam lalu aku sedang tersayat, ringkih diujung kamarku sambil menatap sekeliling kamarku. Sakit, sedih, perih, pilu, dan akhirnya aku bisa berdiri seperti sekarang ini, nyatanya benar kehilangan itu indah bila kita melihat dari sudut pandang yang berbeda, puluhan orang datang menghibur silih ganti, dan 6 orang memberi kehangatan. Sungguh masa-masa kelam itu indah, nyatanya benar dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Nyatanya benar, sesuatu yang mengecewakan pasti dapat memberiku pelajaran yang sangat bermakna. Nyatanya kuncinya cuman dua ikhlas dan damai. Teringat masa kelam ku yg terseok seok sungguh, nyatanya ketika seseorang pergi ada belasan maupun puluhan orang yang datang untuk menghibur memberi pelukan hangat.

Pagi ini aku memilih menumbuhkan rasa ini lagi, ya rupanya rasa ini kembali tumbuh tetapi bedanya rasa ini tumbuh pada orang yang bebeda. Sejujurnya kita baru kenal setahun yang lalu, tahun tahun yang kelam dan ia datang, manis, indah entah apa yang harusku ceritakan namun kali ini aku benar-benar merasakan hal ini untuk kedua kalinya. Entah apa yang harus aku khawatirkan, sejujurnya aku mengaguminya.

Pagi ini aku kembali berfikir mengenai rasa yang tumbuh ini apa benar rasa ini tumbuh pada orang yang tepat, atau lagi lagi rasa ini tumbuh pada orang yang salah, sebenarnya bukan orangnya yg salah sih tapi orangnya yang kurang tepat. Senang rasanya aku bisa tertawa lepas lagi, senang rasanya aku bisa berdiri lagi, senang rasanya tempat yang diisi olehnya kini digantikan oleh orang baru, namun yang aku takutkan aku takut jatuh lagi pada orang yang salah. Sejujurnya ketika ku didekatnya aku bisa bersikap seperti aku apa adanya, tanpa rekayasa, tanpa senyum palsu.

Teruntukmu, semoga rasa ini benar tumbuh tanpa rekayasa, semoga rasa ini tumbuh dengan murni,tulus berkembang mekar didalamnya, tetapi jika memang kamu bukan orang yang tepat untukku semoga kita diberikan jalan yang terterbaik.
.
.
.
.
.
Teruntukmu yang jauh disana aku merindukanmu, lagi, lagi, dan lagi.